Pages

RINDU PADAMU...

hati ini menyanyi
nada gelisah sendiri
irama asyik terurai
bagai tak terlepaskan rantai
persis musafir terdampar di pantai

rupanya masih sedar selubung rindu
hirisan yang nyata sungguh nyilu
dibuai hembusan angin pilu
sepi lagi tapi kali ini tak berlagu

lambaikan pada bulan
bertanya khabar indah
mengenang warna-warna nostalgia
yang membisikkan kerinduan

aduh terkapai-kapai pada bisikan ini..

mengungkap bahasa jiwa yang sepi
menanti sesuatu yang mahu mengalir
dek sentuhan kasih yang suci
rindu yang amat..
...sangat

lantas mengalir saja airmata ini
mengenang
kasih yang duka
asmara yang luka
tak mahu berlayar pergi
meninggalkan aku

mengapa saja tak mahu..
mengapa saja mendekatkan..
mengapa saja melewati ku..

seksa sudah tak mampu lagi
tak kasihankah pada ku..?

biar rindu melekat tegar
biar senyuman nostalgia berputar
biar kasih utuh tak tertolak

aku lepaskan..
rela lepaskan..
tangis lepaskan..

seolah mimpi diganggu siang
dalam kesedapan ianya berbatas
terhalang oleh yang tak tertolak
pasrah ungkapan
kedu langkah
persis gila

aduhai...

lepaskan saja dia..
lepaskan saja dia...
lepaskan saja dia....
lepaskan saja dia pergi

Gertak hati ku..
..pada jiwa ku..

Engkau ampuni dia?
engkau lupakan dia?

tak ingat pada seksa mu?
tak ingat pada janji nya pada mu?
tak ingat pada senyumannya yang palsu?

Gertak hati ku..
..pada jiwa ku..

atau
..engkau masih sayang dia..
..engkau masih rindu dia..
..engkau masih dambakan dia..
..engkau dahaga kasihnya..
engkau masih..masih..masih..

aduhai laksana batu besar di tepian pantai
dipukul ombak berkali..
terluka masih kukuh di situ..
tercedera masih tak tumbang..
diconteng pelawat pantai.. masih tak ganjak

suci..suci rindu ku
suci..suci kasih ku
suci..suci pasrah ku

Tuhan..
bantu aku melupakannya..

Dahulu desis hati ku kesah pilunya kerana kasih cinta dan nista itu masih bersama ku.. Bukan hasrat ku bermain kata menulis puisi cinta tapi ianya teras agas puisi hiba alunan jiwa ku yang merindu kasih. Laksana sang pungguk yang melihat indahnya bulan tapi tak terdakap lalu menyiulkan bunyi panggilan sayu..


Aku pilih untuk berkata bahasa pilu sebagai ganti puisi cinta yang seharusnya menjadi mainan pujaan jiwa ku.. Yang jelas atlasnya itu puisi hati, kata hati ku yang duka pilu mengenang nostalgia yang kata-kata cinta terbenam dibenaknya..

Merindukah aku? Merindukah kamu? Tiada yang dapat menyangkal lumrah insani yang indah di helaian kutub hati. Bukan puisi tentang cinta tapi bait kata-kata puisi hati yang telus jelas nyata membalikkan sesuatu yang disebaliknya. Aku jujur.. Kamu juga jujur mahunya tanpa perlu tahu tentang hiba hinanya aku
 
Kamu.. boleh aku bertanya?

Adakah kamu tidak pernah terfikir tentang aku? Apakah kamu tidak pernah terlintas akan nama ku, senyuman ku, kasih sayang ku di mainan jalanan hari-hari mu? Tiadakah sekelumit kenangan manis antara kita dahulu yang bisa membuat kamu tersenyum?

Kamu.. boleh aku bercerita?

Aku rindu kamu, sentiasa ingat kamu.. Kadang tikanya ada yang berlalu melintasiku memakai bauan minyak wangi yang dulunya pernah kamu pakai, akan ku toleh dan mengikutinya dalam diam sambil menghidu bau nya di angin dan tanpa sedar air mata jernih ku mengalir.. ingat kan kamu... ingat kan kamu.. rindu sungguh pada kamu..

Kamu.. boleh aku bertanya lagi..?

Kamu bahagia di sana? Kamu gembira di sana? Senyumkah kamu di sana? Tawa kah kamu di alam tanpa ku? Telah ketemu kah selaut bahagia yang kamu cari, seluas angkasa indah yang kamu dambakan? Sejuta ketenangan hati yang kamu impikan?

Kamu.. boleh aku bercerita lagi?

Aku rindu kamu, sentiasa memandang kamu.. Aku tahu kamu milik orang dan aku terima dengan hati yang suci, ikhlas kerana aku mahu lihat kamu bahagia. Dan laksana itu aku menjauhkan diri membawa kata hiba untuk diri ini. Tiap kali aku memandang bulan purnama yang jauh, itu bagai kamu pada mata jiwa ku.. aku memandang kamu yang bercahaya gembira di sana... Dan maha sesungguhnya aku mahu berada di samping kamu bertawa gembira, bercahaya purnama tapi aku pilih untuk melihat dari jauh demi bahagia kamu, demi gembira kamu bidadari hati ku..

Kamu.. boleh aku bertanya?

Kenapa airmata ku mengalir tika menitipkan kata monolog jiwa ku ini? Sengsara kah aku? Kamu...

TETAP AKU BGTW BAHAWA AKU SNGT MENYAYANGI KAMU...

Dulu pernah ada cinta
Dulu pernah ada sayang
Namun kini tiada lagi
Perasaan seperti dulu

Kini tiada lagi kisah
Cintaku tlah musnah sudah
Hancur hatiku
Telah kau sakiti perasaanku

-----
Biarkan ku pergi
Jangan kau tanyakan lagi
Ku yakin ini yang terbaik
untuk kau dan diriku

Biarkan berlalu
Rasa cinta ini di hati
Ku tak bisa tuk menahan
Aku luka di sini
 
 
akn ku ingt kngn manis bersamemu......

CINTA????

cinta,
hadirmu tanpa ku sedari,
tanpa ku rasai,
hanya membuatkan diriku ini,
terus bagaikan di atas awangan.

cinta,
kau telah mencurahkan tujuh rasa padaku,
sayang, rindu, cemburu, marah, ketawa,
senyum dan menangis,
digambarkan sebagai tujuh garisan pelangi,
yang mewarnai kehidupanku,
bahagia menerangi kesetiaan mu
curang punca perpisahanmu,

cinta..
sukar untuk aku mengertikan,
kenapa dalam marah ade sayang???
kenapa dalam benci ada rindu??
dan kenapa ada lara di sebalik maknamu???

aku tidak mengerti semuanye...

setiap mataku terpana padamu,
saat itu pula rasaku tak menentu
detak nadiku,
goncang dadaku...
menghanyutkan ketenangan kalbuku...

kekadang kusentak diriku,
ku tertarik pandangan yang terpaku,
ku sadarkan jiwaku yang menggebu
dan ku kurung dalamterali hatiku..

kerana bimbang dan ragu,
seribu tanya yang masih menghalau,
adakah kau seperti aku????

JAPANESE said AISHITERU,
KOREAN said  SARANGHAEYO,
CHINESE said WOAINIE,
MEXICO said TIAMO,
PHILIPINES said MAHAL KITA,
KADAZAN kata GOMINAVOU ZOU DIOU,
ENGLISH said I LOVE YOU,
MALAY said  AKU CINTA PADAMU

AND NOW I SAID I LOVE YOU SO MUCH....


Makna ‘Cinta Sejati’ terus dicari dan digali. Manusia dari zaman ke zaman seakan tidak pernah bosan membicarakannya. Sebenarnya? apa itu ‘Cinta Sejati’ dan bagaimana pandangan Islam terhadapnya?

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Masyarakat di belahan bumi manapun saat ini sedang diusik oleh mitos ‘Cinta Sejati‘, dan dibuai oleh impian ‘Cinta Suci’. Karenanya, rame-rame, mereka mempersiapkan diri untuk merayakan hari cinta “Valentine’s Day”.
Pada kesempatan ini, saya tidak ingin mengajak saudara menelusuri sejarah dan kronologi adanya peringatan ini. Dan tidak juga ingin membicarakan hukum mengikuti perayaan hari ini. Karena saya yakin, anda telah banyak mendengar dan membaca tentang itu semua. Hanya saja, saya ingin mengajak saudara untuk sedikit menyelami: apa itu cinta? Adakah cinta sejati dan cinta suci? Dan cinta model apa yang selama ini menghiasi hati anda?
Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Menurutnya: Sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang murni lagi.
Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang. (sumber: www.detik.com Rabu, 09/12/2009 17:45 WIB).
Wah, gimana tuh nasib cinta yang selama ini anda dambakan dari pasangan anda? Dan bagaimana nasib cinta anda kepada pasangan anda? Jangan-jangan sudah lenyap dan terkubur jauh-jauh hari.
Anda ingin sengsara karena tidak lagi merasakan indahnya cinta pasangan anda dan tidak lagi menikmati lembutnya buaian cinta kepadanya? Ataukah anda ingin tetap merasakan betapa indahnya cinta pasangan anda dan juga betapa bahagianya mencintai pasangan anda?
Saudaraku, bila anda mencintai pasangan anda karena kecantikan atau ketampanannya, maka saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang tercantik dan tertampan, telah luntur.
Bila dahulu rasa cinta anda kepadanya tumbuh karena ia adalah orang yang kaya, maka saya yakin saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler di mata anda.
Bila rasa cinta anda bersemi karena ia adalah orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang di masyarakat, maka saat ini kedudukan itu tidak lagi berkilau secerah yang dahulu menyilaukan pandangan anda.
Saudaraku! bila anda terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang, padahal ia bukan suami atau istri anda, ada baiknya bila anda menguji kadar cinta anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta anda kepadanya. Coba anda duduk sejenak, membayangkan kekasih anda dalam keadaan ompong peyot, pakaiannya compang-camping sedang duduk di rumah gubuk yang reot. Akankah rasa cinta anda masih menggemuruh sedahsyat yang anda rasakan saat ini?
Para ulama’ sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu. Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu sering kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya. Berikut di antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai:
Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.
Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk menundukkan negeri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya: bila Laila bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. Dan subhanallah, taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam, didapatkan Laila termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu ‘anhu, maka Laila yang telah menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu.
Anda bisa bayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba, impiannya benar-benar kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan saudari kandungnya.
Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata: “Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?”
Akan tetapi tidak begitu lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang menyebabkan bibirnya “memble” (jatuh, sehingga giginya selalu nampak). Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap ekstrim. Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar kepadanya. Tak kuasa menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Mendapat pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyahpun segera menegur saudaranya dengan berkata:
يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها.
“Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir 35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559)
Bagaimana saudaraku! Anda ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang dialami oleh Laila bintu Al Judi? Ataukah anda mengimpikan nasib serupa dengan yang dialami oleh Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu?(1)
Tidak heran bila nenek moyang anda telah mewanti-wanti anda agar senantiasa waspada dari kenyataan ini. Mereka mengungkapkan fakta ini dalam ungkapan yang cukup unik: Rumput tetangga terlihat lebih hijau dibanding rumput sendiri.
Anda penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi?
Temukan rahasianya pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ. رواه الترمذي وغيره
“Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Orang-orang Arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata:
كُلُّ مَمْنُوعٍ مَرْغُوبٌ
Setiap yang terlarang itu menarik (memikat).
Dahulu, tatkala hubungan antara anda dengannya terlarang dalam agama, maka setan berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat anda, sehingga anda hanyut oleh badai asmara. Karena anda hanyut dalam badai asmara haram, maka mata anda menjadi buta dan telinga anda menjadi tuli, sehingga andapun bersemboyan: Cinta itu buta. Dalam pepatah arab dinyatakan:
حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ
Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.
Akan tetapi setelah hubungan antara anda berdua telah halal, maka spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi membentangkan tabir di mata anda, setan malah berusaha membendung badai asmara yang telah menggelora dalam jiwa anda. Saat itulah, anda mulai menemukan jati diri pasangan anda seperti apa adanya. Saat itu anda mulai menyadari bahwa hubungan dengan pasangan anda tidak hanya sebatas urusan paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda mulai menyadari bahwa hubungan suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih lagi, setan telah berbalik arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan antara anda berdua dengan perceraian:
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ. البقرة 102
“Maka mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan) itu apa yang dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara seorang (suami) dari istrinya.” (Qs. Al Baqarah: 102)
Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?
Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani anda. Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan anda kabur dan anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu.
Mungkin anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang sebenarnya layak untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya harus menambatkan tali cinta saya?
Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. متفق عليه
“Biasanya, seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan pada hadits lain beliau bersabda:
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ. رواه الترمذي وغيره.
“Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi.” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan tidak pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah menjemput.
الأَخِلاَّء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ. الزخرف 67
“Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67)
Saudaraku! Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di hari kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni liang lahat?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. متفق عليه
“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)
Saudaraku! hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air hujan.
Yahya bin Mu’az berkata: “Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu.” Yang demikian itu karena cinta anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akhlaq mulia, sehingga bila iman orang yang anda cintai tidak bertambah, maka cinta andapun tidak akan bertambah. Dan sebaliknya, bila iman orang yang anda cintai berkurang, maka cinta andapun turut berkurang. Anda cinta kepadanya bukan karena materi, pangkat kedudukan atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan berakhlaq mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.
Saudaraku! setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya: Benarkah cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah cinta sejati? Buktikan saudaraku…
Wallahu a’alam bisshowab, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan atau menyinggung perasaan.
***
Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A.
Dipublikasi ulang dari www.pengusahamuslim.com
Footnote:
1) Saudaraku, setelah membaca kisah cinta sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar ini, saya harap anda tidak berkomentar atau berkata-kata buruk tentang sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar. Karena dia adalah salah seorang sahabat nabi, sehingga memiliki kehormatan yang harus anda jaga. Adapun kesalahan dan kekhilafan yang terjadi, maka itu adalah hal yang biasa, karena dia juga manusia biasa, bisa salah dan bisa khilaf. Amal kebajikan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu banyak sehingga akan menutupi kekhilafannya. Jangan sampai anda merasa bahwa diri anda lebih baik dari seseorang apalagi sampai menyebabkan anda mencemoohnya karena kekhilafan yang ia lakukan. Disebutkan pada salah satu atsar (ucapan seorang ulama’ terdahulu):
مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ مَنْ عَابَهُ بِهِ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ
“Barang siapa mencela saudaranya karena suatu dosa yang ia lakukan, tidaklah ia mati hingga terjerumus ke dalam dosa yang sama.”

بسم الله الرحمن الرحيم
Penulis: Ummul Hasan
Muroja’ah: Ustadz Subhan Khadafi, Lc.
“Tidaklah seseorang diantara kalian dikatakan beriman, hingga dia mencintai sesuatu bagi saudaranya sebagaimana dia mencintai sesuatu bagi dirinya sendiri.”

Secara nalar pecinta dunia, bagaimana mungkin kita mengutamakan orang lain dibandingkan diri kita? Secara hawa nafsu manusia, bagaimana mungkin kita memberikan sesuatu yang kita cintai kepada saudara kita?
Pertanyaan tersebut dapat terjawab melalui penjelasan Ibnu Daqiiqil ‘Ied dalam syarah beliau terhadap hadits diatas (selengkapnya, lihat di Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyah).
(“Tidaklah seseorang beriman” maksudnya adalah -pen). Para ulama berkata, “yakni tidak beriman dengan keimanan yang sempurna, sebab jika tidak, keimanan secara asal tidak didapatkan seseorang kecuali dengan sifat ini.”
Maksud dari kata “sesuatu bagi saudaranya” adalah berupa ketaatan, dan sesuatu yang halal. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i.
“…hingga dia mencintai bagi saudaranya berupa kebaikan sebagaimana dia mencintai jika hal itu terjadi bagi dirinya.”
Syaikh Abu Amru Ibnu Shalah berkata, “Hal ini terkadang dianggap sebagai sesuatu yang sulit dan mustahil, padahal tidaklah demikian, karena makna hadits ini adalah tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai bagi keislaman saudaranya sebagaimana dia mencintai bagi dirinya. Menegakkan urusan ini tidak dapat direalisasikan dengan cara menyukai jika saudaranya mendapatkan apa yang dia dapatkan, sehingga dia tidak turut berdesakan dengan saudaranya dalam merasakan nikmat tersebut dan tidak mengurangi kenikmatan yang diperolehnya. Itu mudah dan dekat dengan hati yang selamat, sedangkan itu sulit terjadi pada hati yang rusak, semoga Allah Ta’ala memaafkan kita dan saudara-saudara kita seluruhnya.”
Abu Zinad berkata, “Sekilas hadits ini menunjukkan tuntutan persamaan (dalam memperlakukan dirinya dan saudaranya), namun pada hakekatnya ada tafdhil (kecenderungan untuk memperlakukan lebih), karena manusia ingin jika dia menjadi orang yang paling utama, maka jika dia menyukai saudaranya seperti dirinya sebagai konsekuensinya adalah dia akan menjadi orang yang kalah dalam hal keutamaannya. Bukankah anda melihat bahwa manusia menyukai agar haknya terpenuhi dan kezhaliman atas dirinya dibalas? Maka letak kesempurnaan imannya adalah ketika dia memiliki tanggungan atau ada hak saudaranya atas dirinya maka dia bersegera untuk mengembalikannya secara adil sekalipun dia merasa berat.”
Diantara ulama berkata tentang hadits ini, bahwa seorang mukmin satu dengan yang lain itu ibarat satu jiwa, maka sudah sepantasnya dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana mencintai untuk dirinya karena keduanya laksana satu jiwa sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain:
“Orang-orang mukmin itu ibarat satu jasad, apabila satu anggota badan sakit, maka seluruh jasad turut merasakan sakit dengan demam dan tidak dapat tidur.” (HR. Muslim)
“Saudara” yang dimaksud dalam hadits tersebut bukan hanya saudara kandung atau akibat adanya kesamaan nasab/ keturunan darah, tetapi “saudara” dalam artian yang lebih luas lagi. Dalam Bahasa Arab, saudara kandung disebut dengan Asy-Asyaqiiq ( الشَّّقِيْقُ). Sering kita jumpa seseorang menyebut temannya yang juga beragama Islam sebagai “Ukhti fillah” (saudara wanita ku di jalan Allah). Berarti, kebaikan yang kita berikan tersebut berlaku bagi seluruh kaum muslimin, karena sesungguhnya kaum muslim itu bersaudara.
Jika ada yang bertanya, “Bagaimana mungkin kita menerapkan hal ini sekarang? Sekarang kan jaman susah. Mengurus diri sendiri saja sudah susah, bagaimana mungkin mau mengutamakan orang lain?”
Wahai saudariku -semoga Allah senantiasa menetapkan hati kita diatas keimanan-, jadilah seorang mukmin yang kuat! Sesungguhnya mukmin yang kuat lebih dicintai Allah. Seberat apapun kesulitan yang kita hadapi sekarang, ketahuilah bahwa kehidupan kaum muslimin saat awal dakwah Islam oleh Rasulullah jauh lebih sulit lagi. Namun kecintaan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya jauh melebihi kesedihan mereka pada kesulitan hidup yang hanya sementara di dunia. Dengarkanlah pujian Allah terhadap mereka dalam Surat Al-Hasyr:
“(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar(ash-shodiquun). Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 8-9)
Dalam ayat tersebut Allah memuji kaum Muhajirin yang berhijrah dari Makkah ke Madinah untuk memperoleh kebebasan dalam mewujudkan syahadat mereka an laa ilaha illallah wa anna muhammadan rasulullah. Mereka meninggalkan kampung halaman yang mereka cintai dan harta yang telah mereka kumpulkan dengan jerih payah. Semua demi Allah! Maka, kaum muhajirin (orang yang berhijrah) itu pun mendapatkan pujian dari Allah Rabbul ‘alamin. Demikian pula kaum Anshar yang memang merupakan penduduk Madinah. Saudariku fillah, perhatikanlah dengan seksama bagaimana Allah mengajarkan kepada kita keutamaan orang-orang yang mengutamakan saudara mereka. Betapa mengagumkan sikap itsar (mengutamakan orang lain) mereka. Dalam surat Al-Hasyr tersebur, Allah memuji kaum Anshar sebagai Al-Muflihun (orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat) karena kecintaan kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin, dan mereka mengutamakan kaum Muhajirin atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka (kaum Anshar) sebenarnya juga sedang berada dalam kesulitan. Allah Ta’aala memuji orang-orang yang dipelihara Allah Ta’aala dari kekikiran dirinya sebagai orang-orang yang beruntung. Tidaklah yang demikian itu dilakukan oleh kaum Anshar melainkan karena keimanan mereka yang benar-benar tulus, yaitu keimanan kepada Dzat yang telah menciptakan manusia dari tanah liat kemudian menyempurnakan bentuk tubuhnya dan Dia lah Dzat yang memberikan rezeki kepada siapapun yang dikehendaki oleh-Nya serta menghalangi rezeki kepada siapapun yang Dia kehendaki.
Tapi, ingatlah wahai saudariku fillah, jangan sampai kita tergelincir oleh tipu daya syaithon ketika mereka membisikkan ke dada kita “utamakanlah saudaramu dalam segala hal, bahkan bila agama mu yang menjadi taruhannya.” Saudariku fillah, hendaklah seseorang berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi agamanya. Misalkan seorang laki-laki datang untuk sholat ke masjid, dia pun langsung mengambil tempat di shaf paling belakang, sedangkan di shaf depan masih ada tempat kosong, lalu dia berdalih “Aku memberikan tempat kosong itu bagi saudaraku yang lain. Cukuplah aku di shaf belakang.” Ketahuilah, itu adalah tipu daya syaithon! Hendaklah kita senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan agama kita. Allah Ta’ala berfirman:
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqoroh: 148)
Berlomba-lombalah dalam membuat kebaikan agama, bukan dalam urusan dunia. Banyak orang yang berdalih dengan ayat ini untuk menyibukkan diri mereka dengan melulu urusan dunia, sehingga untuk belajar tentang makna syahadat saja mereka sudah tidak lagi memiliki waktu sama sekali. Wal iyadzu billah. Semoga Allah menjaga diri kita agar tidak menjadi orang yang seperti itu.
Wujudkanlah Kecintaan Kepada Saudaramu Karena Allah
Mari kita bersama mengurai, apa contoh sederhana yang bisa kita lakukan sehari-hari sebagai bukti mencintai sesuatu bagi saudara kita yang juga kita cintai bagi diri kita…
Mengucapkan Salam dan Menjawab Salam Ketika Bertemu
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Tidak maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai: Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim)
Pada hakekatnya ucapan salam merupakan do’a dari seseorang bagi orang lain. Di dalam lafadz salam “Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh” terdapat wujud kecintaan seorang muslim pada muslim yang lain. Yaitu keinginannya agar orang yang disapanya dengan salam, bisa memperoleh keselamatan, rahmat, dan barokah. Barokah artinya tetapnya suatu kebaikan dan bertambah banyaknya dia. Tentunya seseorang senang bila ada orang yang mendo’akan keselamatan, rahmat, dan barokah bagi dirinya. Semoga Allah mengabulkan do’a tersebut. Saudariku fillah, bayangkanlah! Betapa banyak kebahagiaan yang kita bagikan kepada saudara kita sesama muslim bila setiap bertemu dengan muslimah lain -baik yang kita kenal maupun tidak kita kenal- kita senantiasa menyapa mereka dengan salam. Bukankah kita pun ingin bila kita memperoleh banyak do’a yang demikian?! Namun, sangat baik jika seorang wanita muslimah tidak mengucapkan salam kepada laki-laki yang bukan mahromnya jika dia takut akan terjadi fitnah. Maka, bila di jalan kita bertemu dengan muslimah yang tidak kita kenal namun dia berkerudung dan kita yakin bahwa kerudung itu adalah ciri bahwa dia adalah seorang muslimah, ucapkanlah salam kepadanya. Semoga dengan hal sederhana ini, kita bisa menyebar kecintaan kepada sesama saudara muslimah. Insya Allah…
Bertutur Kata yang Menyenangkan dan Bermanfaat
Dalam sehari bisa kita hitung berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk sekedar berkumpul-kumpul dan ngobrol dengan teman. Seringkali obrolan kita mengarah kepada ghibah/menggunjing/bergosip. Betapa meruginya kita. Seandainya, waktu ngobrol tersebut kita gunakan untuk membicarakan hal-hal yang setidaknya lebih bermanfaat, tentunya kita tidak akan menyesal. Misalnya, sembari makan siang bersama teman kita bercerita, “Tadi shubuh saya shalat berjamaah dengan teman kost. Saya yang jadi makmum. Teman saya yang jadi imam itu, membaca surat Al-Insan. Katanya sih itu sunnah. Memangnya apa sih sunnah itu?” Teman yang lain menjawab, “Sunnah yang dimaksud teman anti itu maksudnya ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memang disunnahkan untuk membaca Surat Al-Insan di rakaat kedua shalat shubuh di hari Jum’at.” Lalu, teman yang bertanya tadi pun berkata, “Ooo… begitu, saya kok baru tahu ya…” Subhanallah! Sebuah makan siang yang berubah menjadi “majelis ilmu”, ladang pahala, dan ajang saling memberi nasehat dan kebaikan pada saudara sesama muslimah.
Mengajak Saudara Kita Untuk Bersama-Sama Menghadiri Majelis ‘Ilmu
Dari obrolan singkat di atas, bisa saja kemudian berlanjut, “Ngomong-ngomong, kamu tahu darimana kalau membaca surat Al-Insan di rakaat kedua shalat shubuh di hari Jum’at itu sunnah?” Temannya pun menjawab, “Saya tahu itu dari kajian.” Alhamdulillah bila ternyata temannya itu tertarik untuk mengikuti kajian, “Kalau saya ikut boleh nggak? Kayaknya menyenangkan juga ya ikut kajian.” Temannya pun berkata, “Alhamdulillah, insyaAllah kita bisa berangkat sama-sama. Nanti saya jemput anti di kost.”
Saling Menasehati, Baik Dengan Ucapan Lisan Maupun Tulisan
Suatu saat ‘Umar radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya tentang aibnya kepada shahabat yang lain. Shahabat itu pun menjawab bahwa dia pernah mendengar bahwa ‘Umar radhiyallahu ‘anhu memiliki bermacam-macam lauk di meja makannya. Lalu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu pun berkata yang maknanya ‘Seorang teman sejati bukanlah yang banyak memujimu, tetapi yang memperlihatkan kepadamu aib mu (agar orang yang dinasehati bisa memperbaiki aib tersebut. Yang perlu diingat, menasehati jangan dilakukan didepan orang banyak. Agar kita tidak tergolong ke dalam orang yang menyebar aib orang lain. Terdapat beberapa perincian dalam masalah ini -pen).’ Bentuk nasehat tersebut, bukan hanya secara lisan tetapi bisa juga melalui tulisan, baik surat, artikel, catatan saduran dari kitab-kitab ulama, dan lain-lain.
Saling Mengingatkan Tentang Kematian, Yaumil Hisab, At-Taghaabun (Hari Ditampakkannya Kesalahan-Kesalahan), Surga, dan Neraka
Sangat banyak orang yang baru ingin bertaubat bila nyawa telah nyaris terputus. Maka, diantara bentuk kecintaan seorang muslim kepada saudaranya adalah saling mengingatkan tentang kematian. Ketika saudaranya hendak berbuat kesalahan, ingatkanlah bahwa kita tidak pernah mengetahui kapan kita mati. Dan kita pasti tidak ingin bila kita mati dalam keadaan berbuat dosa kepada Allah Ta’ala.
Saudariku fillah, berbaik sangkalah kepada saudari muslimah mu yang lain bila dia menasehati mu, memberimu tulisan-tulisan tentang ilmu agama, atau mengajakmu mengikuti kajian. Berbaik sangkalah bahwa dia sangat menginginkan kebaikan bagimu. Sebagaimana dia pun menginginkan yang demikian bagi dirinya. Karena, siapakah gerangan orang yang senang terjerumus pada kubangan kesalahan dan tidak ada yang mengulurkan tangan padanya untuk menariknya dari kubangan yang kotor itu? Tentunya kita akan bersedih bila kita terjatuh di lubang yang kotor dan orang-orang di sekeliling kita hanya melihat tanpa menolong kita…
Tidak ada ruginya bila kita banyak mengutamakan saudara kita. Selama kita berusaha ikhlash, balasan terbaik di sisi Allah Ta’ala menanti kita. Janganlah risau karena bisikan-bisikan yang mengajak kita untuk “ingin menang sendiri, ingin terkenal sendiri”. Wahai saudariku fillah, manusia akan mati! Semua makhluk Allah akan mati dan kembali kepada Allah!! Sedangkan Allah adalah Dzat Yang Maha Kekal. Maka, melakukan sesuatu untuk Dzat Yang Maha Kekal tentunya lebih utama dibandingkan melakukan sesuatu sekedar untuk dipuji manusia. Bukankah demikian?
Janji Allah Ta’Ala Pasti Benar !
Saudariku muslimah -semoga Allah senantiasa menjaga kita diatas kebenaran-, ketahuilah! Orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan mendapatkan kemuliaan di Akhirat. Terdapat beberapa Hadits Qudsi tentang hal tersebut.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah berfirman pada Hari Kiamat, “Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.” (HR. Muslim; Shahih)
Dari Abu Muslim al-Khaulani radhiyallahu ‘anhu dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan dari Rabb-nya, dengan sabdanya, ‘Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya.’”
Abu Muslim radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Kemudian aku keluar hingga bertemu ‘Ubadah bin ash-Shamit, lalu aku menyebutkan kepadanya hadits Mu’adz bin Jabal. Maka ia mengatakan, ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan dari Rabb-nya, yang berfirman, ‘Cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling tolong-menolong karena-Ku, dan cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku.’ Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya.” (HR. Ahmad; Shahih dengan berbagai jalan periwayatannya)
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia menuturkan, Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Orang-orang yang bercinta karena keagungan-Ku, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya sehingga para nabi dan syuhada iri kepada mereka.” (HR. At-Tirmidzi; Shahih)
Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmushshalihaat (artinya: “Segala puji bagi Allah, dengan nikmat-Nyalah segala kebaikan menjadi sempurna.” Do’a ini diucapkan Rasulullah bila beliau mendapatkan hal yang menyenangkan). Allah Ta’aala menyediakan bagi kita lahan pahala yang begitu banyak. Allah Ta’aala menyediakannya secara cuma-cuma bagi kita. Ternyata, begitu sederhana cara untuk mendapat pahala. Dan begitu mudahnya mengamalkan ajaran Islam bagi orang-orang yang meyakini bahwa esok dia akan bertemu dengan Allah Rabbul ‘alamin sembari melihat segala perbuatan baik maupun buruk yang telah dia lakukan selama hidup di dunia. Persiapkanlah bekal terbaik kita menuju Negeri Akhirat. Semoga Allah mengumpulkan kita dan orang-orang yang kita cintai karena Allah di Surga Firdaus Al-A’laa bersama para Nabi, syuhada’, shiddiqin, dan shalihin. Itulah akhir kehidupan yang paling indah…

Proses pernikahan adalah satu proses yang tidak akan berlaku melainkan melalui kerjasama dua pihak. Pihak lelaki dan pihak perempuan. Kalau pihak lelaki sahaja yang berusaha tetapi yang perempuan tidak menyambut, tidak akan ada hasil. Begitu jugalah sebaliknya.
Di atas kedua-dua usaha tersebut pula, ada satu naungan hakikat yang dinamakan sebagai TAKDIR. Di dalam sebuah hadith Nabi s.a.w bersabda :
” Ketahuilah, sekiranya seluruh manusia berkumpul untuk memberi satu manfaat kepada kamu, mereka sama sekali tidak akan mampu memberikan walau satu manfaat pun melainkan apa yang telah DITULIS oleh Allah ke atas kamu.
Dan sekiranya mereka berkumpul untuk memberikan satu mudharat kepada kamu, mereka juga sama sekali tidak akan mampu menimpakan apa-apa mudharat ke atas kamu melainkan apa yang telah ditulis oleh Allah ke atas kamu.
Telah diangkat pen dan telah keringlah dakwat “
Ok, daripada hadis ini, mari kita berbicara tentang Perigi Cari Timba.
HAKIKAT KETETAPAN
Bila kita renung-renung hadis di atas, terasa di hati kita akan hakikat ketetapan Allah. Semua perkara sudah ditetapkan oleh Allah samada yang telah kita lalu, sedang dilalui dan bakal dilalui pada masa akan datang. Termasuklah tentang jodoh.
Jodoh kita dengan siapa, bagaimana orangnya, bagaimana kita bertemu, bagaimana proses sehingga bernikah dan segalanya telah sedia ada dalam catatan Allah. Tunggu masa sahaja untuk terlaksana.
Sebenarnya, mengimani hakikat itu sudah cukup untuk kita berlapang dada dengan Allah. Maksud saya, merasa tenang dan bahagia dalam gerak kerja kita dalam apa sahaja yang kita lakukan. Tiba masa mahukan pasangan hidup, maka kita berusaha. Kita usaha mencari, kita usaha merisik, kita usaha melamar, kita usaha mengambil secara halal dan kita usaha mengekalkan kehidupan berumahtangga. Usaha dan usaha, dalam keadaan hati kita tidak pernah hilang yakin bahawa segalanya telah ada dalam percaturan Allah.
Buruk atau baik, kena dengan adat atau tidak kena dengan adat, susah atau senang, dikeji atau dipuji, disokong atau ditentang, tidak kira apa sekalipun, selagimana hati kita dengan satu TEKAD bahawa ini adalah tugas aku untuk USAHA dan aku akan tetap usaha selagimana tidak melanggar batasan Syarak, maka kita tidak akan sesekali resah.

SATU USAHA
Wanita merisik atau melamar lelaki, itu satu usaha. Wanita memulakan langkah terlebih dahulu – dengan matlamat sebuah pernikahan – itu termasuk dalam kategori usaha. Tidak ada salah silapnya di pandangan Allah, melainkan sedikit janggal di pandangan manusia.
Dan sebenarnya, ia tambah menjanggalkan apabila ‘tidak kena cara’.
Tetapi pokok pangkalnya, perlakuan tersebut sebenarnya dinaungi oleh catatan takdir. Boleh jadi berjaya, boleh jadi tidak. Lelaki melamar wanita, bukan semuanya berjaya. Begitu jugalah. Wanita melamar lelaki, boleh jadi berjaya dan boleh jadi tidak. Keduanya ada risiko.
Namun perbincangan tentang Perigi Cari Timba mungkin jarang berpaksikan soal ‘takdir’ atau ‘kejayaan’ sebaliknya lebih kepada soal teknikal. Contohnya, soal maruah dan air muka wanita. Soal ‘jelek’ di mata manusia. Soal lelaki yang tidak boleh ‘menerima’ dan soal-soal yang lain.
Saya melihat, jika itulah soalnya, maka topik Perigi Cari Timba harus kembali dibincangkan dalam konteks yang betul dan penjernihan cara pandang mesti dibuat, demi mengembalikan semua manusia kepada hakikat takdir yang dinyatakan di atas.

MENGAPA BERLAKU?
Banyak sebab berlaku situasi Perigi Cari Timba, antaranya :
1- Sudah lama berkawan namun si lelaki agak ‘slow’ walaupun beribu kali diberi hint, seperti ditulis dalam artikel ini.
2- Wanita yang telah lama membujang serta belum dilamar.
3- Wanita yang tidak terdesak dari segi umur, tetapi terdesak dari sudut lain, termasuk desakan keluarga, ada masalah tertentu dan sebagainya.
4- Wanita yang sudah memang berkenan sangat dengan seseorang lelaki dan tidak dapat mengawal perasaannya.
Namun yang paling kerap berlaku adalah kerana wanita tersebut belum dilamar, dalam keadaan usia meningkat dan sangat perlu kepada perkahwinan. Mengapa belum dilamar, itu cerita lain. Faktor rupa paras, kedudukan, keturunan , darjat dan sebagainya adalah antara sebabnya.

RISIKO
Di permulaan artikel ini, saya menyentuh tentang takdir sebagai mukaddimah cerita. Saya mahu mengembalikan kita semua kepada hakikat HAMBA, di mana daya kita hanyalah usaha selagimana tidak bertentangan dengan agama. Saya juga mahu menampakkan bahawa Perigi Cari Timba bukan fenomena yang salah.
Cuma timbul soalan, mengapa ia menjadi ‘salah’, ‘janggal’, ‘jelek’ dan sebagainya di mata manusia? Jawabnya kerana ‘lain dari yang lain’, itu sahaja. Dan sebagai seorang wanita, bukanlah satu keputusan yang mudah untuk mereka menjadi Perigi Cari Timba.
Antara yang paling ditakuti adalah soal risiko. Dipandang serong, jatuh air muka, terasa hilang maruah dan macam-macam lagi.
Saya tidak mahu menafikan risiko tersebut kerana ianya memang ada. Cuma saya mahu menyatakan bahawa risiko itu timbul bukan kerana KONSEP Perigi Cari Timba tetapi ia timbul kerana ‘salah tempat’ , ‘salah cara’ dan ‘salah orang’. Boleh faham?
Cuba lihat beberapa keadaan :
Perigi Cari Timba itu tidak ada salahnya. Tetapi Timba itu yang kadangkala bermasalah. Apabila dicari oleh Perigi, dia menyangka :
1- Dia adalah Timba paling mahal.
2- Perigi yang datang kepadanya adalah Perigi murah.
3- Perigi murah tidak akan memberi manfaat yang besar dan lama.
4- Banyak lagi Perigi yang perlu dia cari.
Pada ketika itu, Timba tersebut tidak sedar bahawa dia dan Perigi sama-sama memerlukan. Timba tanpa Perigi tidak ada faedah, begitu jugalah Perigi tanpa Timba. Hakikatnya, kedua-duanya saling memerlukan demi satu tujuan yang sama.
Tetapi sebenarnya, itu jenis Timba yang tidak bagus.
Timba yang bagus semestinya tidak akan berfikir seperti itu, sebaliknya dia akan menyedari bahawa dia dan Perigi sama-sama perlu. Soal method dan cara, itu perkara kecil. Yang penting adalah tujuan serta matlamat yang hendak dibawa.
Bukan tiada situasi di mana Perigi bertemu Timba yang bagus. Apabila dicari oleh Perigi, dia merasa syukur kerana beranggapan ‘kekurangannya’ telah awal-awal lagi dilengkapi oleh Perigi. Lebih jauh daripada itu, Timba akan menghargai apa yang telah dan ‘sanggup’ dilakukan oleh Perigi semata-mata mahukan dirinya. Timba juga akan memandang inisiatif Perigi sebagai satu gambaran KEIKHLASAN dan akan mengingati perkara tersebut sampai bila-bila. Bukan mudah Perigi mahu ‘berangkat’ mencari Timba demi matlamat yang suci lagi murni dan bukan calang-calang Perigi yang mampu melakukannya.
Apapun, itulah jenis Timba yang bagus. Tetapi kita tahu, bukan mudah menemui Timba seumpama itu di zaman ini meskipun ianya wujud.

METHOD DAN CARA
Apabila saya mengatakan Perigi Cari Timba itu tidak salah dan mengatakan bahawa ciri-ciri Timba yang elok adalah seperti di atas, itu tidaklah bermakna Perigi boleh sembrono sahaja dalam mencari, tanpa menitikberatkan soal ‘method’ dan ‘cara’ sehingga akhirnya memudharatkan diri mereka sendiri.
Ini penting, kerana silap cara dan silap haribulan, Perigi itu akan dicop sebagai Perigi Murahan. Na’uzubillah Min Zaalik.
Ada beberapa cara yang boleh digunakan, bergantung kepada keadaan.
PERTAMA : Awasi soal himmah diri.
Maksudnya, soal ketinggian diri dan maruah anda sebagai wanita. Islam datang dengan mengangkat martabat wanita, dan bilamana Saidatina Khadijah R.A melamar Nabi Muhammad s.a.w , itu bukanlah bermakna beliau ‘mengurangkan’ atau ‘merendahkan’ martabat dirinya sebagai wanita. Tetapi kata kunci kenapa beliau kekal tinggi adalah kerana ‘tepat cara dan tindakan’.
Justeru, dalam usaha menjaga himmah diri, janganlah proses ‘memulakan’ itu dilakukan dengan ‘tak tahu malu’ atau tergedik-gedik atau sengaja ‘menjadi murah’ di mata lelaki. Percayalah, tindakan ini akan ‘makan diri’ dan langsung tidak berfaedah untuk anda. Apa yang perlu dibuat adalah kekalkan martabat dan SIFAT MALU anda di tahap yang sepatutnya.
KEDUA : Merisik dan kumpul maklumat.
Ini tidak kurang pentingnya. Kalau nak berperang sekalipun, unit risikan adalah antara unit terpenting. Sebanyak mana maklumat yang kita dapat menentukan sebijak mana kita bertindak. Maka anda kenalah merisik dan mengumpul maklumat terlebih dahulu sebelum bertindak. Lelaki tersebut sebenarnya orang yang bagaimana. Sifatnya, pendiriannya, pantang larangnya, ‘wajah sebenarnya’, prinsip keluarganya dan lain-lain. Semua ini penting untuk anda tahu supaya tindakan anda nanti bertepatan dengan ‘jenis’ orang yang dituju.
Bayangkan, kalau si lelaki atau keluarganya sebenarnya kategori yang cukup pantang dengan wanita yang ‘memulakan’ bahkan menganggap wanita seperti itu ‘sangat terdesak’, tiba-tiba anda dengan seronoknya ‘masuk’ melamar lelaki tersebut. Sungguh mengharukan. Begitu juga kalau anda tidak merisik dan sekadar ‘bajet-bajet’ dari luar. Anda sangkakan lelaki tersebut hanya ‘layan’ anda seorang dan bukan jenis yang ‘kawan dengan perempuan’. Rupa-rupanya, selain anda ada empat orang lagi yang ‘diberi layanan’ serupa. Tak ke haru jadinya?
KETIGA : Guna orang tengah.
Untuk pengetahuan anda, ini adalah tunjang kepada method Perigi Cari Timba. Dengan cara ini, banyak maslahat dapat dijaga bahkan cara ini dipraktikkan oleh Saidatina Khadijah R.A. Hakikatnya, cara nombor dua yang saya sebut di atas mustahil dapat terlaksana dengan tepat, efektif dan berkesan tanpa bantuan orang tengah. Atau anda membayangkan untuk menjadi seorang Agen FBI? Pakai cermin mata hitam, pakai suit hitam kemudian memanjat bangunan tinggi serta memerhatikan gerak geri lelaki tersebut dengan teropong? Oh sungguh mengarut.
Jadi mintalah bantuan orang yang dipercayai. Terangkan letak duduk perkara kepada orang tengah tersebut. Sebaiknya, carilah yang benar-benar dipercayai, jujur dan ikhlas mahu menolong.
KEEMPAT : Memberi hint cara bijak.
Ini agak panjang untuk dihurai. Realitinya, dalam fatrah ‘bertarung untuk masa depan’ ini kadang-kadang orang jarang mahu mengikut ‘skema’. Contohnya, mula dengan merisik dan merisik pula gunakan orang tengah. Kadang-kadang ini dilihat sebagai ‘susah lagi menyusahkan’. Lebih baik, buat sendiri.
Lebih-lebih lagi kalau ‘target’ adalah orang yang selalu dihubungi. Buat apa nak libatkan orang tengah? Jadi pandai-pandai sendiri. Pada saya, kalau ‘pandai-pandai’ itu betul-betul pandai tidak mengapa, tetapi kalau jadi ‘bodoh dan membodohkan diri sendiri’ itu yang menyedihkan.
Dalam saat-saat ‘bertarung untuk masa depan’ ini, antara tindakan yang sering dibuat adalah memberi hint kepada si lelaki. Mungkin secara langsung, mungkin secara tidak langsung. Mungkin dengan bahasa berkias, mungkin dengan gurauan, mungkin dengan ‘mengacah’ dan mungkin juga dengan ‘main tarik tali’.
Pada saya, dalam bab memberi hint ini, anda perlu melihat kepada jenis orang. Kalau kena dengan jenis orang dan kena dengan hint yang diberi, kadang-kadang ia boleh ‘membuka jalan’ yang lebih luas kepada anda.
Contoh :
Anda berbalas mesej dengan dia. Sudah tentu atas nama ‘kawan’ atau ‘kawan baik’ atau ‘kawan rapat’ dan sebagainya ( soal boleh atau tidak, itu sudah saya sentuh dalam artikel ini ). Kemudian masuk bab masa depan, tentang kahwin tentunya. Lalu anda cakap : “Saya rasa sekarang saya sudah cukup bersedia. Saya rasa sudah tidak sabar untuk menunaikan sunnah yang satu ini. Salah satu impian saya adalah untuk meramaikan zuriat yang menjadi pejuang di jalan Allah. Saya sebenarnya bukanlah seorang yang cerewet dalam memilih..”
Lelaki tersebut kiranya kena dengan orangnya, dia boleh faham. Dia tahu, kiranya dia yang ‘masuk’ harapan cerah untuk diterima. Katakan, dia membalas :
” Kalau saya yang masuk? Tapi mustahil kan. Awak orang hebat. Saya ni siapalah kan. Mana pandang orang macam saya..huhu “. Contoh respon.
Maka anda boleh menjawab bijak :
” Saya bukanlah seorang wanita yang mahu bersuamikan manusia sehebat Yusuf a.s. Salah satu benda yang parents saya selalu pesan adalah, terima kelemahan orang barulah kamu dapat terima dia seadanya. Pada saya, siapa pun yang datang, asal baik dia dengan Allah dan jujur dia dengan saya, saya akan terima dengan terbuka..”
Jawab begitu sudah cukup. Lelaki yang baik, dengan mudah dia akan faham ‘keterbukaan’ anda. Terang lagi bersuluh. Tinggal dia saja mahu bertindak atau tidak. Tetapi lelaki yang tidak baik, tidak ikhlas, main-main dan mengada-ngada, dia akan pura-pura tidak faham dan respon balasnya itu hanya mahukan ‘pujian’ dan ‘perhatian’. Jadi JANGAN LAYAN.
Contoh lain adalah anda memberi hint dengan cara yang kurang bijak kepada orang yang silap.
Contoh :
Anda mahu dia tahu yang anda menyukai dan amat berharap dia adalah orangnya untuk anda. Tetapi ketika berhubung, anda tidak sanggup menyatakan secara jelas. Lalu anda berkias.
” Saya bersyukur, sekarang Allah nampakkan orang yang benar untuk saya. Orang itu, meskipun dia tidak nyatakan secara jelas hasratnya kepada saya, namun saya yakin Allah akan beri kekuatan kepadanya untuk berkata..dan saya akan tetap menunggu..”
Si lelaki yang ‘ditarget’ kebingungan dan bertanya : ” Siapa orangnya?”
” Adalah. Rahsia.. ”
Jawapan anda membuatkan lelaki tersebut beranggapan ; Oh, dia sudah berpunya. Mungkin bukan aku jodoh untuknya.
Lihat, banyak keadaan boleh berlaku dalam masalah hint ini. Asasnya, hint adalah pernyataan yang tidak jelas dan berselindung. Boleh jadi ada faedah dan boleh jadi hanya timbulkan masalah. Jadi nasihat saya, gunakan langkah nombor dua dan nombor tiga yang saya sebutkan di atas, itu lebih baik.

KESIMPULAN
Konsep Perigi Cari Timba sebenarnya tidak ada salahnya. Cuma ia menjadi salah apabila dilakukan dengan mengenepikan soal adab dan akhlak, lebih-lebih lagi oleh seorang wanita. Sebaliknya jika dilakukan dengan penuh himmah dan maruah yang tinggi, apa sekalipun natijahnya pasti akan diterima dengan rela hati dan tetap mengekalkan ‘ketinggian’ diri.
Sebab itu di awalnya saya bercerita tentang TAKDIR. Jangan resah hati, jangan sedih dan jangan kecewa. Jika usahamu itu berteraskan Iman, bertunjangkan tawakkal, maka keputusannya tidak sesekali akan menjadikanmu rendah, lemah mahupun kalah. Bahkan setiap titik peluhmu demi matlamat yang suci lagi bersih akan dinilai oleh Allah, dan tidak mustahil di ‘convert’ kan oleh Allah sebagai KEBAHAGIAAN apabila sudah bernikah nanti.
Buat akhirnya, renungi kata-kata saya. Kalau si dia sudah Allah tentukan sebagai anda yang punya, maka tidak kiralah apa sekalipun cara yang diguna, lambat laun pasti akan bersatu jua. Perigi Cari Timba pun , ok apa?

Sekian.

sayang!!!!

jangan sayangkan saya,
tapi jangan bencikan saya,
jangan rindukan saya,
tapi jangan lupakan saya,

jangan gembirakan saya,
tapi jangan sedihkan saya,
jangan sukakan saya,
tapi jangan marahkan saya,

jangan putuskan saya,
bila awak masih perlukan saya,
tapi kalau saya dah tak diperlukan lagi,
jangan bagitau saya,
anggaplah segalanya dah ditentukan olehnya.....

setiap hari aku menunggumu,
bagai menunggu pohon yang tumbuh,
setiap malam air mataku,
mengalir di pipi membasahi muka,
yang suci,

ternyata baru ku sedar,
diriku telah kau lukai,
diriku telah mati,
dihanyut oleh cinta yang sepi,

hanya dirimu yang mengerti diriku,
hanya dirimu yang ku sayangi,
tapi sayangnya....,
 aku bukan wanita yang kau cari,

bagiku paras rupa dan harta,
bukan menjadi ukuran,
tetapi nilai murni, jiwa, dan hatimu,
yang menjadi ukuran untuk menyayangimu,

kau cukup sempurna buatku,
tetapi diriku tidaklah begitu sempurna buatmu,
mungkin kita akan bersama dan,
mungkin juga aku akan menghilang,
dari hati dan jiwamu,

kerana aku ingin kau,
merasai kebahagian bersama,
wanita yang kau idamkan,

tetapi seandainya....,
kau jadi miliku,
syukurlah...,

dan aku akan berusaha,
dan sentiasa menjadi,
sepertimana yang,
kau inginkan....

dan aku akan berusaha,
untuk sentiasa menjadi,
yang terbaik untukmu....

selamat hari raya
maaf zahir dan batin
betul!!!!!!!!!!!!! betul!!!!!!

Assalamualaikum saudara-saudaraku,
Ramadan sudah di hujung hari. Mudah-mudahan ia tidak di penghujung hati. Ia sentiasa hidup untuk baki hari seterusnya pada 1431 Hijrah ini. Untuk pengunjung Gentararasa, saya ketengahkan kembali sebahagian sajak-sajak  yang pernah saya nukilkan sempena Aidil Fitri. Ada diantaranya telah dijadikan nasyid. Saya ucapkan syukran jiddan kepada semua yang telah mengingati dan mendoakan saya. Saya juga akan sentiasa mendoakan anda. Apa lagi yang kita harap sesama manusia jika tidak doa dan nasihat?
Selamat membaca… semuga ada sekelumit manfaatnya.

IKHLAS DI HARI RAYA
Kita memberi bukan untuk menerima
Menabur budi bukan untuk dianggap berjasa
Moga tulus, putih dan murni hati kita
Memberi adalah kerana-Nya jua
Tidak mengapa jika tidak dikenang
Asalkan segalanya memberi satu ketenangan
Menyebut kebaikan meragut keikhlasan
Bukan kerana kelebihan kita…
Dalam samar mainan rasa
Kekadang datang jua serpihan bangga
Mengharap adanya balasan
Mendamba hadirnya kemasyhuran
Bukan itu yang diburu sejak mula
Ditagih kasih rasa di depan-Mu saja
Bila terasa segalanya dari-Mu
Rebahlah segala dari kita yang hina
Lalu…ke tika Takbir Syawal bergema…
Muhasabahlah tentang keberkesanan puasa kita
Apakah sudah ada keikhlasan…
di puncak taqwa.
Atau sekadar di pinggiran…
lapar dahaga!
Allah hu Akbar!
Allah hu Akbar!
Allah hu Akbar… walillah hil hamd
Oh, syukur kiranya Dikau masih sudi mengizinkan
Kami memuji dan memuja-Mu
Walau dengan lidah dan hati yang berdosa

BERILAH KEMAAFAN ITU
Berilah kemaafan itu
Lepaskan segala belenggu
Tanpa berpaling lagi
Pada dendam dan amarah
Berilah senyuman itu
Ikatkan doa yang suci
Pada salam yang terhulur
Pasti jiwa kan terhibur
Berilah hati itu
Bebaskan segala yang terbuku
Tanpa diguris duka
Pastikan dia bahagia
Berilah apa yang dipinta
Dengan apa yang kau ada
Pasti Tuhan menilainya
Diberi kelapangan jiwa!

TAKUT & HARAP DI AIDIL FITRI
Kekadang mahmudah tidak kecapaian
Hanya dengan tekunnya amalan
Tapi harus ditempa oleh tusukan ujian
Dari kesakitan, kegagalan dan…
persengketaan
Seringkali dosa dan mazmumah
Ditandai oleh perpecahan ummah
Sejauh mana kasih sesama manusia
Dibatasi oleh cinta pada yang Esa
Teguh iman, kukuhlah perpaduan
Kekadang Allah menyempitkan…
Supaya kita tak hanyut dalam kesenangan
Kekadang Dia melapangkan…
Supaya kita tak selalu dipagut kesempitan
Kekadang Dia melepaskan kita dari kedua-duanya
Supaya tidak bergantung kepada sesuatu
selain-Nya!
Ya Allah,
semoga di kemeriahan Syawal nanti
Hati kami tetap di madrasah Ramadan
Dalam alpa dan berdosa… kami takut
Dalam ingat dan taat… kami harap
Takut kemurkaan-MU!
Harap keampunan-MU!
Allah hu Akbar… Allah hu Akbar… Walillahhilhamd!


SEMAI KEBAIKAN TUAI KEREDHAAN
Pada yang empunya harta melimpah
hulurkanlah zakat dan sedekah
Pada yang gagah sihat dan kuat
berilah tenaga dan keringat
Pada yang berbakat dan cendikiawan
murahlah dengan khidmat dan pengajaran
Pada yang miskin dan kesempitan
bersedekahlah dengan senyuman
Semua kita harus pemurah
Memberi bukan untuk bermegah
Tetapi itulah perintah Allah
Sebagai perantara rahmat dan barakah
Di dunia menyemai kebaikan…
Di akhirat nanti menuai keredhaan…
Di sini tempat berkerja memerah tenaga
Di sana tempat berehat menikmati syurga
Ramadan itu medan mujahadah
Agar di Syawal kembali ke fitrah
Perjuangan memang pahit kerana syurga itu manis
Ramadan itu bagai ‘dunia’ – menempuh ujian
Syawal itu umpama ‘akhirat’ – menempah kejayaan!

KEMBARA DI HARI RAYA
Dahulu…
saat indah zaman nubuwwah
Di kanan iman, di kiri ukhwah
Di tapak… kebersihan hati
Di puncak… kecanggihan teknologi
Lalu keindahan Islam pun kembara
dari Makkah ke Madinah
Menuju Asia, Afrika dan Eropah
Jelajah seantero benua!
Ketika itu perilaku ummah dihias mahmudah
Di asas ‘lil Lah’ padu keikhlasan
Gerak kerja cekap dan berkesan
Kukuh seluruh sepenuh itqan
Puasa kita itulah kembaranya
Syawal kita itulah destinasinya
Membina TAQWA dengan yang Esa
Melahirkan AKHLAK sesama manusia
Menjana ITQAN di dalam kerja
Semuga Syawal kali ini
Adalah satu kemenangan
Menyemai kerendahan seorang hamba… di dalam jiwa
Menuai keperkasaan seorang khalifah… di maya pada
Jika tidak…
Kita terus terusan kembara!
Allah hu Akbar, Alllah hu Akbar, Allah hu Akbar!

PERISA HATI DI AIDIL FITRI
Kepelbagaian perisa menjadi satu rasa
Aroma yang berbeza bumbu kelazatannya
Pedas, harum, manis dan pahit bergaul mesra
Dalam resepi warisan sejak dahulukala
Pada kelembutan ketupat dan lemang
Pada keenakan lodeh dan rendang
Bersalut segala kreativiti dan aspirasi
Melahirkan citarasa yang serasi dan harmoni
Begitulah kiasan di Hari Raya
Hari mempertemukan semua yang berbeza
Segala bangsa, budaya dan agama
Buat menjalinkan kesatuan rasa
Berbeza bukan untuk bertentangan
Pelbagai bukan untuk bertikai
Di Aidil Fitri kita dipertemukan
Bagai ramuan dalam satu masakan
Inilah menu hakiki…
Inilah persaudaraan sejati…
Perisa hati di Aidil Fitri!

MAHAR CINTA SYAWAL
Dari medan Ramadan sepenuh perjuangan
Terpamir ketulusan jiwa, kemurnian hati,
kecerdasan fikiran, ketangkasan tindakan…
Ukir semurni tadbir
Tagih sesuci takdir
Dari takbir Syawal seluruh kemuliaan
lambang satu kemenangan
mengatasi kejahatan diri dalaman
menangani angkara musuh luaran
kembali ke fitrah…
kembali kepada Allah!
Hitung syukurmu di istana rahmat-Nya
Renung sukarmu di penjara dosa-dosa
Moga keberkatan Ramadhan…
Agar Kemuliaan Syawal…
Menjadi mahar seorang hamba…
untuk melamar cinta Tuhannya!

BUNGA TANJUNG
(Buat wanita solehah itu…)
Seroja wangi di jambangan
kemboja indah pandangan
anggerik cantik menarik
mawar merah menyala
… cuma Tanjung
di hujung kampung
harumnya sentiasa ada
tawadduknya tetap ketara
Bunga tanjung di hujung daun
Dipagar belantara merimbun
Namun harumnya sampai jua
… ke hujung kampung
Tanjung sepi sendiri
Mengadu sunyi di sisi Ilahi
Dia pilu yang menabur bakti
Tersiksa jiwanyaagar
Bahagia milik bersama
… tetap segar
… tetap mekar
Bunga tanjung mendakap wangi
Terseri di julang sanggul puteri
Gugurnya sebagai gugur serikandi
Bertuah anak yang memanggilnya ibu!
Beruntung suami yang memanggilnya isteri!

PELUANG SAMA NATIJAH BERBEZA
Ramadhan satu nasib tak serupa
Peluangnya sama natijah berbeza
Ramadhan mereka gemilang cemerlang
Mukmin berjasa diawal zaman
Ramadhan kami malam terbuang
Muslim berdosa di akhir zaman
Mereka gembira kerana kedatanganmu
Kami gembira dengan pemergianmu
Malam mereka meriah disimbah Nur al-Quran
Tapi malam kami muram bertemu dengkur
Mereka berlumba mengejar makrufat
Tapi kami lesu diburu nafsu
Hati mereka bercahaya digilap takwa
Jiwa kami gelap didera dosa
Takbir mereka takbir kemenangan
Hadiah mujahadah sebulan ramadhan
Takbir kami lesu tak bermaya
Tanda kalah lemah tak berdaya
Puasa sekadar lapar dan dahaga

MUHASABAH RAMADAN
Hari Raya Hari Kemenangan
Hari Kesyukuran Dilimpahi Kemuliaan
Di Lipatan Seni Mehnah
Ada Maksud Murni Yang Lebih Hakiki
Pada Nafsu Yang Dilentur Lapar Dahaga
Pada fikiran Disinar Wahyu dan Sabda
Pada Hati Bersih Di Solat Tarawih
Apakah Semuanya Telah Dimiliki
Puasa Mengajar Erti Ketabahan
Menghadap Ujian Berlandaskan Iman
Puasa Perisai Yang Sangat Maknawi
Penyinkap Hijab Antara Hamba Dengan Illahi
Puasa Sempurna Menahan Rohani dan Rasa
Puasa Sederhana Menahan Indera dan Juga Anggota
Puasa Biasa Hanya Melawan Lapar dan Dahaga
Lalu Di Manakah Puasa Kita
Adakah Masih Di Tahap Lama
Lalu Muhasabah Di Hujung Ramadhan
Sudahkah Terbangun Jiwa Teguh Dankukuh
Atau Kolam Jiwa Masih Tercemar Keruh
Bersembilu Dosa Duri Angkara
Ketika Bertahmid
Bertakbir
Bertasbih
Terasakah Ita Hamba Illahi
Yang Hanya Mampu Mengukir Tadbir
Sedangkan Padanya Segala Takdir

ada yang tak bisa kubaca dari gerak bibirmu
ada yang tak bisa kuraba dalam hangat pelukmu
tapi pandangan matamu
masih seperti yang kulihat empat tahun yang lalu

pandangan mata yang dulu pernah menjerumuskanku
dalam dimensi cinta tak berbatas ruang dan waktu
seperti menggapai-gapai dasar
yang tak juga tersentuh

dan masih kuingat betul
betapa aku tersiksa
seperti terpenjara
saat kusadari
kau takkan kumiliki

KEHENINGAN


dalam malam yg dingin dan sunyi,,
aku duduk sendiri sambil mendengarkan derikan suara jangkrik yg indah..
malam kian larut,,,
keheningan mulai menyelimuti,,
angin yg dingin bertiup menghampiriku…
aku mulai terlelap dalam gelap..
ah hidup.. begitu indah ketika berada dalam sebuah cinta
cinta yang membuat aku dan malam ini selalu ada..
dan heningpun menyambut dengan lembut..
merindumu ternyata membuat seolah nyawa tercabut..


Saat pertama ku melihat dunia ini..
Ketika engkau melahirkan aku, ibu..
Ku menangis mengsyaratkan bahagiaku..
Melihat indahnya dunia ini..
Beribu do’a ku ucapkan untukmu..
Agar jiwa dan ragamu sehat selalu..
Tak ada kata yang bisa kungkapkan..
Untuk mengucapkan terimakasih ibu..

Tanpamu ku tak mungkin ada..
Tanpamu ku tak mungkin bisa berjalan..
Melewati juta’an kisah hidup ini..
Dengan ketegaran yang kau ajarkan..
Ya allah ya tuhanku..
Berikanlah beliau umur yang panjang..
Kesehatan tubuh yang tak terbatas..
Agar aku bisa berbakti kepadanya..
Ibu.. oh.. ibu..
Jasamu akan selalu ku ingat..
Sampai kapanpun akan selalu ku ingat..
Hingga ragaku tak bernyawa..


Terdiam dalam hati sunyi
Seolah tak punya arti
Biarlah ku berdiri
Mengharap pasti dariMU Robbi
Ku jelajahi kaki
walau kadang tak terkendali
tapi kini ku tahu pasti
ridhoMU yang Kau beri
untuk diri
ku tangisi hati
dalam senadung malam sunyi
ku pasrahkan diri
dalam sajadah hati
yang kini bertepi
padaMU illahi


aku datang
mem
beli madu yang masih tak terkikis lebah
dengan plastik putih
yang menjadi bungkusnya
aku selalu menikmati
manisnya maduku
sejengkal demi sejengkal
kemudian
ibuku bilang
 telah mwmbawa maduku tak layak
aku coba menelanjangi maduku
senti demi semi
aku tatap maduku
yang tak berbusana dikerling mataku
ah… maduku memang sudah busuk
buang saja di tong sampah
agar tak menyebarkan racun dan bau
dalam tiap jengkal langkahku
TIDAK MEMPUNYAI JUDUL
Semuanya telah menjadi hitam
Tak ada yang dapat aku lakukan
Hanya bisa terpaku
Dibawah angkuhnya dinding
Yang membisu
Aku tak bergeming
Karena secarik hatiku
Telah hilang dari hatiku

About this blog


Search This Blog

Live Traffic Feed


Powered by Blogger.

Popular Posts

About Me

My photo
kejar la cita-cita sebelum kejar cinta dukungla ijazah sebelum mendukung cahaya mata

Followers

Featured Posts